Sejarah Desa

01 Februari 2017 02:18:39 WIB

Narasumber :

  1. carik Desa Ngentrong        : Ronowiryo
  2. Bayan 1 Desa Ngentrong   : Abdul Syukur
  3. Tokoh Masyarakat             : Samsoeri

 

" ASAL-USUL DESA NGENTRONG "

 

 

Desa Ngentrong merupakan salah satu wilayah dari Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek. Pada zaman dahulu, Desa Ngentrong masih merupakan hutan belantara, antara lain pohon-pohonnya masih sangat lebat, daun-daunnya rimbun sekali, banyak terdapat gunung-gunung, perbukitan maupun lereng-lereng yang datar. Selain itu, terdapat hewan-hewan liar yang galaknya masih alami, yang pasti tempat ini belum ada yang berani menjamahnya, karena orang-orang takut datang ke tempat ini. Tiba-tiba ada serombongan orang  dari Kerajaan Doho Kediri yang sedang melakukan perjalanan jauh. Rombongan ini telah singgah di Nganjuk, Blitar, Tulungagung, Ponorogo.

Pengembaraan ini adalah kegemaran mereka, sebagai orang tua yang berilmu, tentunya sangat senang dengan tempat-tempat keramat atau tempat yang belum di ketahui. Seperti hal nya Desa Sawo adalah perbatasan Kota Ponorogo dengan Desa Nglinggis Kota Trenggalek sebagai tempat peristirahatan rombongan mereka. Kemudian mereka melanjutkan perjalananya sampai di alas Karebet, di atas puncak Karebetlah mereka mengetahui ada sejenis pohon keramat. Gunung-gunung, sungai mereka lalui, laut luas mereka seberangi, jurang mereka lewati, tidak ada rasa lelah bagi rombongan ini, sehingga mereka telah menemukan tempat yang cocok. Akhirnya rombongan ini singgah di tempat ini, tepatnya pada kaki alas Karebet mereka membuat sejenis kemah kecil-kecil.

Menurut rombongan ini, Karebet sangat cocok dan strategis tempatnya, maka mereka kerasan yang akhirnya membuat persinggahan di Karebet. Hari demi  hari jumlah orang yang menempati Karebet kian bertambah bahkan telah didirikan gubuk-gubuk kecil. Orang-orang terus melakukan babat alas sehingga mereka menemukan alas Cumbri, sebagian dari mereka juga membuat persinggahan  pada lereng Cumbri. Jadi ada dua kelompok kehidupan yaitu Cumbri dan Karebet. Lambat laun kehidupan mereka tertata bagus dan ada kemajuan, sehingga oleh sesepuh mereka diberi nama Dukuh Karebet dan Dukuh Cumbri, karena asal nama itu berasal dari alas Karebet dan alas Cumbri. Kehidupan pada  orang-orang Dukuh Karebet maupun Dukuh Cumbri sudah mengenal peradaban dengan orang-orang sekitarnya. Sehingga kekompakan mereka telah menjamin kehidupan bertetangga yang baik, rukun, damai, dan menjaga keamanan. Padukuhan Karebet dan Cumbri ikut bergabung menjadi satu desa yaitu Desa Sosutan Trenggalek, sedangkan yang menjadi Lurah Desa Sosutan  adalah Lurah Kusumojoyo.

Cara kehidupan di Karebet  maupun Cumbri bisa di teladani oleh padukuhan-padukuhan yang lainnya. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah bercocok tanam, mereka juga membuka ladang untuk ditanami polowijo. Tanah di dukuh Karebet menjadi subur, hasil panen sangat memuaskan sehingga penduduk sangat bangga dengan hasil yang di dapatnya. Rakyat hidup sejahtera, secara alami telah tumbuh dengan sendirinya, tanaman yang pertama daun-daunnan diantaranya daun singgar jalak, daun gempur, daun sembung, daun senggugu, daun dayakan, daun kutu, daun puyang, daun lempir, daun salam, daun temu lawak, daun temu ireng, daun kunyit, daun kencur,daun jahe, dan masih banyak lagi. Dengan adanya daun-daunan ini bisa dijadikan ramuan-ramuan (Jamu Gepyokan) yaitu di gunakan sebagai ramuan orang yang baru melahirkan, juga bisa digunakan  sebagai ramuan orang yang sakit dan lain sebagainya menurut keperluannya. Dan alangkah ajaibnya bila anak mengalami batuk-batuk itu dicarikan kecebong emas ke Gunung Watu. Yang kedua, sebangsa empon-empon, dimana-mana telah dijumpai tanaman empon-empon diantaranya kunyit, jahe, kencur, kunci, lengkuas, temu lawak dll. Oleh karena itu, dengan adanya empon-empon, padukuhan ini penghasilannya lebih banyak dan pendapatannya jadi bertambah. Mereka menjadikan empon-empon sebagai ramuan-ramuan baik dari daun atau bijinya. Sebagian bijinya dibuat bumbu masak dan dijual ke pasar. Di padukuhan ini belum ada pasar, jadi pasarnya jauh sekali yaitu di pasar Desa Nglongsor.

Jamu atau ramuan sangat banyak dibutuhkan orang-orang. Bahkan dari dukuh-dukuh yang lain, banyak orang yang mencarinya. Akhirnya dari kebiasaan orang-orang membuat ramuan atau jamu ini, maka orang-orang memberi nama Desa Jampi, karena disini banyak ditemukan bahan ramuan atau jamu. Dengan ramuan/jamunya Desa Jampi menjadi terkenal, lama-lama Desa Jampi menjadi desa yang besar dan luas. Maka dari itu nama Dukuh Cumbri dan Karebet hilang sehingga melepaskan dari Desa Sosutan, kemudian bergabung menjadi satu desa dengan Desa Jampi. Penduduk Jampi disamping mempunyai pekerjaan sampingan membuat ramuan, juga bercocok tanam adalah salah satu mata pencaharian yang utama. Kehidupan penduduk Desa Jampi saling menghargai dan menghormati terhadap sesama tetangga maupun warganya. Mereka juga saling menjaga kerukunan, keamanan, ketentraman, maupun kedamaian. Sambil menata kehidupannya, mereka mengadakan babad alas, sehingga Desa Jampi semakin luas wilayahnya.

Beberapa hari kemudian, Desa Jampi diributkan dengan adanya bangkai, oleh sebab itu penduduk sangat marah, karena  mereka tidak mau dikotori oleh bangkai. Menurut kesepakatan penduduk, bangkainya telah dibuang jauh-jauh dari Desa Jampi. Orang-orang yang membuang bangkai tadi merasa lelah. Akhirnya setelah sampai disebelah timurnya alas Karebet, mereka berhenti dan membuang bangkai dibukit kecil, maka tempat untuk membuang bangkai atau bathang dinamakan alas Bathangan. Dengan terbuangnya bangkai tadi, Desa Jampi menjadi bersih kembali. Jadi Jampi atau Jamu harus sebagai Jampi yang sesungguhnya.

Disebelah timur Desa jampi juga ada padukuhan, yang tepatnya terletak ditengah-tengah Desa Ngentrong (sekarang). Padukuhan tersebut ada yang memimpin yaitu Lurah. Tetapi Lurah dinaikkan menjadi Demang, sehingga nama Lurah diganti menjadi Demang. Maka padukuhan tersebut diberi nama Demangan. Adapun yang menjadi Demang yaitu Demang Puspojoyo. Dalam memimpin padukuhannya, Demang Puspojoyo sangat bijak kepada warganya, ia terkenal ramah, baik hati sehingga antara warga dan penguasa mempunyai hubungan sangat dekat. Secara tiba-tiba ada serombongan Seni Tradisional Kentrung yang datang di Demangan. Rombongan ini juga menempati tanah timurnya Dukuh Demangan. Seni Kentrung ini setiap hari menghibur masyarakat Demangan dan sekitarnya. Mereka juga melakukan tanggapan ke berbagai dukuh maupun desa. Rombongan Seni Kentrung sudah menghuni di padukuhan ini, warga Demangan merasa senang karena Seni Kentrung bisa menghiburnya. Dengan adanya Seni Kentrung ini, tentunya pikiran orang menjadi tenang, senang, suka-suka, ramai dan semarak. Penduduk tidak mau lepas dari Seni Kentrung, karena Seni Kentrung sudah menjadi sebagian dari hidupnya. Oleh sebab itu dengan semaraknya, kesukaan atau ramainya seni kentrung ini, warga Demangan mengganti nama dukuh Demangan menjadi Dukuh Sukorame. Sukorame memang ramai, tetapi orang-orang menyebut Sukorame menjadi Suko atau Soko. Seni Kentrung di Dukuh Soko ini telah dikenal banyak orang, secara individu maupun kelompok mereka berdatangan dan ingin belajar ngentrung. Seni Kentrung sebenarnya indah, ada nilai-nilai tersendiri yang mengandung seni kebudayaan dan nilai agama yang bisa dicontohkan kepada anak cucunya nanti.

Orang-orang sering mengadakan latihan Seni Kentrung di tempat tinggal pemimpin Kentrung yaitu sebelah timurnya Dukuh Soko. Setiap hari latihan Ngentrung, hari demi hari dilaluinya, Ngentrung menjadi kesenian yang apik didengar dan bisa merubah pikiran menjadi tenang, menghibur diri, maka oleh banyak orang padukuhan ini diberi nama Dukuh Ngentrung. Seni Kentrung lama-lama sepi tidak melakukan latihan lagi, karena pemimpin Kentrung menderita sakit. Akhirnya salah seorang anggota seni kentrung mencarikan ramuan atau jamu ke Desa Jampi. Karena lamanya menunggu orang yang mencari jamu, maka anggota yang tugasnya menunggu orang sakit, mereka sampai tidak tidur, akibatnya menjadi karipan (bahasa Jawa).

Dengan kejadian itu, orang-orang menjadikan sebuah padukuhan yaitu Dukuh Karipan, yang letaknya disebelah utara Dukuh Soko, tetapi lama-kelamaan Dukuh Karipan diberi nama menjadi Dukuh Kariban. Lain halnya daerah utaranya Dukuh Ngentrong yang letaknya ujung utara sendiri, mojok kanan yang diapit oleh alas Cumbri dan alas Suru maupun Suda, maka oleh orang-orang diberi nama Dukuh Pojok.

Pemimpin Seni Kentrung akhirnya meninggal, orang-orang melayat ke Dukuh Ngentrung dengan membawa hasil panennya ke tempat tinggal pemimpin  Kentrung. Orang-orang dari sebelah baratnya Dukuh Soko juga tak ketinggalan, datang berbondong-bondong ke Dukuh Ngentrung dengan membawa hasil bumi. Hasil bumi mereka sebetulnya banyak, tetapi orang-orang ini telah membawa  ¼ hasil bumi mereka sehingga percuma (mertanggung, Bahasa Jawa) membawa hasil panen ke tempat meninggalnya pemimpin Kentrung. Akhirnya orang-orang menamakan Tanggung menjadi sebuah padukuhan.

Dengan kemunculan Seni Kentrung di beberapa padukuhan, mereka telah membangkitkan warga untuk latihan Ngentrung. Ngentrung menjadi seni tradisional bagi semua warga sehingga bangkitnya Seni Ngentrung ini oleh orang-orang dijadikan sebagai nama Desa yaitu Desa Ngentrung. Ngentrung juga sekaligus nama padukuhan, tetapi lama-kelamaan Desa Ngentrung berubah menjadi Desa Ngentrong. Seperti halnya Desa Jampi , setelah berdiri nama Desa Ngentrong, Desa Jampi telah bergabung menjadi satu dengan Desa Ngentrong dan berubah menjadi sebuah padukuhan yaitu Dukuh Jampi.

 

Jadi Desa Ngentrong mempunyai 6 padukuhan, yang sekarang dirubah nama menjadi dusun yaitu :

  1. DUKUH JAMPI
  2. DUKUH TANGGUNG
  3. DUKUH SOKO
  4. DUKUH KARIBAN
  5. DUKUH NGENTRONG
  6. DUKUH POJOK

Adapun yang pernah memimpin Desa Ngentrong adalah sebagai berikut :

  1. Ronodimejo (1875-1945)
  2. Mukijan (1945-1957)
  3. Kasemin 1957-1961
  4. Suro Paiman (1961-1981)
  5. Isnaeni (1981-1990) (1990-1999)
  6. Moch. Asrori (1999-2008)
  7. Nurhadi Sofyan (2008-2013)
  8. Mahmudi (2013- sekarang)

Demikianlah cerita asal-usul Desa Ngentrong, dengan cerita ini bisa menjadi bahan acuan anak cucu yang akan datang, semoga membawa kemajuan yang dicapai atau dirasakan di alam kemerdekaan ini, oleh semua warga masyarakat. Kini Desa Ngentrong telah banyak berubah menjadi desa yang maju sampai sekarang.

 

MERDEKA...!!!!!!

 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

Facebook

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah pengunjung

Lokasi NGENTRONG

tampilkan dalam peta lebih besar